Kamis, 13 Agustus 2015

MAKANAN KHAS KEBUMEN YAITU "LANTING"


APA ITU LANTING?

Lanting, makanan terbuat dari singkong, tentu sudah tidak asing lagi bagi kita. Makanan renyah tersebut bisa didapatkan di berbagai warung, toko, dan swalayan seantero Indonesia. Namun tahukah Anda bagaimana proses membuatnya, di mana pusatnya, dan benarkah bisa berperan dalam pengembangan daerah?




KEBUMEN memang terkenal sebagai pusat jajanan lanting. Tepatnya di Desa Lemah Duwur, Kecamatan Kuwarasan. Desa yang namanya berarti lemah (tanah) duwur (tinggi) itu merupakan sentra perajin lanting. Meskipun namanya Lemah Duwur, daerah itu  merupakan dataran rendah. Ada lebih dari 300 kepala keluarga (KK) yang membuka usaha lanting di desa tersebut. Di Desa Lemah Duwur terdapat 720 KK.
Saban hari geliat masyarakat desa itu tidak lepas dari mengolah singkong untuk dijadikan lanting Seperti Supini (45), warga Desa Lemah Duwur. Di rumahnya terdapat tumpukan singkong yang sudah dikupas dan siap diolah. Supini mengambil singkong dari pengepul dan petani. Harganya Rp 1.050 per kilogram. “Setelah dikupas, singkong kemudian diparud,” imbuhnya.
Di dapur ukuran 10 meter x 7 meter itu sudah ada alat parud yang digerakkan dengan mesin. Jadi, singkong yang sudah dikupas dan kemudian dibersihkan itu tinggal dimasukkan saja. Maka, langsung keluar ampas yang menumpuk. Ampas yang mengandung kadar air itu lalu diperas. Selanjutnya masih diparud lagi. Untuk parudan kedua itu berbeda dari yang pertama. Selain lebih halus, ampas yang keluar juga sudah kering. Proses berikutnya dikepal-kepal, kemudian dikukus.


Pada proses tersebut harus lebih hati-hati. Tidak boleh ceroboh dalam menyalakan api tungkunya. Tidak teralu besar, juga tidak terlalu redup. Yang diinginkan dalam pengukusan adalah setengah matang. Hal itu agar pengerjaan selanjutnya menjadi lebih mudah. Karena masih ada proses dimolen dan dimasukkan ke dalam wadah untuk dipres. “Kami melakukannya dengan cara didongkrak,” 
Setelah dipres hingga keluar adonan seperti mi ukuran besar, proses berikutnya diberi bedak dari pati (tepung singkong). Kemudian dirangkai sesuai dengan keinginan. Bentuk lantingnya, selain seperti angka delapan, juga ada yang seperti cincin.
Pembuatan lanting dari mengupas hingga pembungkusan itu berlangsung selama dua hari. Setiap perajin minimal sekali mengolah 4 kuintal singkong untuk dijadikan lanting. Hasilnya hanya mencapai 2 kuintal.
Pemasaran lanting kebanyakan di kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang, Cirebon, dan Yogyakarta. Bahkan, lanting Lemah Duwur sudah menembus luar Jawa. Pesanan selalu datang dalam jumlah yang banyak. berminat dengan lantingnya klik di 
  • Topang Ekonomi

Merujuk data di Bidang Industri Dinas Perdagangan, Perindustrian dan Koperasi (Disperindagkop) Kebumen, sentra lanting terdapat di Kecamatan Adimulyo yakni di Desa Pekuwon dan Meles. Kemudian di Desa Jogomulyo dan Tugu, Kecamatan Buayan. Adapun sentra lanting yang cukup besar terdapat di Desa Harjodowo dan Lemahduwur di Kecamatan Kuwarasan.

Yang terdaftar di Disperindagkop Kebumen, di Desa Harjodowo terdapat 25 unit usaha dengan melibatkan sebanyak 113 tenaga kerja. Adapun nilai produksi ditaksir mencapai Rp 1,8 miliar per tahun. Sedangkan di Desa Lemahduwur terdapat 21 unit usaha produksi lanting dengan melibatkan 86 tenaga. Adapun nilai produksi di desa ini diperkirakan mencapai Rp 1,52 miliar per tahun.

“Industri kecil lanting sangat menopang perekonomian masyarakat karena menyerap banyak tenaga kerja,” ujar ujar Kepala Bidang (Kabid) Perindustrian Disperindagkop Kebumen Maryoto SH kepada Suara Merdeka, kemarin.
Bisa dipastikan bahwa masih banyak lagi industri rumah tangga yang memproduksi makanan lanting. Pasalnya belum semua perajin telah mengajukan izin usahanya ke Disperindagkop. Lihat saja, di Desa Lemahduwur, Kuwarasan hampir setengah warganya ekonomi keluarganya bertumpu pada usaha lanting. Di sentra lanting tersebut, dari 720 keluarga ada lebih dari 300 keluarga yang menekuni usaha lanting.

Diakui bahwa awal mula lanting berasal dari Desa Lemahduwur. Industri itu mereka tekuni secara turun-temurun hingga sekarang. Saat ini industri lanting menyebar ke desa sekitarnya seperti Desa Madureso dan Harjodowo. Perajin di Desa Madureso dan di Harjodowo umumnya pernah bekerja di Lemahduwur. Mereka kemudian mandiri dengan memproduksi lanting sendiri
.
(Afrizal/dari beragai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar